Ini memang hadiah ulang tahun yang tidak mengenakkan bagi
pemilik klub sepakbola Chelsea. Saat Roman Abramovich merayakan hari
ulang tahunnya yang ke-46, klubnya justru kalah saat bertandang ke
kandang Shakhtar Donetsk di kompetisi Liga Champions musim 2012-2013.
Pria kelahiran 24 Oktober 1966 ini memang sangat terobsesi mengangkat
Chelsea menjadi klub dunia yang memiliki permainan indah dan menawan.
Dengan kekayaan yang melimpah ia nyaris tak peduli berapa uang yang
harus dikeluarkan asalkan mampu memperkuat timnya. Termasuk membajak
pemain dan pelatih. Dari mana uangnya?
Jika mengurut ke belakang, Roman adalah pebisnis sukses yang membangun
usahanya dengan kerja keras. Dan kekayaan yang dimilikinya saat ini
bukan warisan dari orangtuanya. Ia benar-benar memulainya dari nol.
Bahkan ia termasuk salah satu dari 10 orang terkaya di dunia yang
berangkat dari kemiskinan.
Lahir dari ayah seorang Yahudi dan ibu Rusia, masa kecilnya penuh
kepedihan. Ibunya meninggal saat ia berusia satu tahun karena mengalami
infeksi setelah melakukan aborsi. Ayahnya, Arkady Abramovich, tewas
dalam kecelakaan kerja dalam suatu pembangunan proyek pada saat ia
berusia tiga tahun. Setelah itu ia dibesarkan pamannya untuk beberapa
tahun, kemudian oleh neneknya. Masih beruntung ia bisa menempuh
pendidikan hingga ke perguruan tinggi meski tidak tamat.
Pada usia sekitar 20-an tahun ia menjalani wajib militer. Ketika itu ia
menemukan peluang bisnis di pasar gelap yang menggiurkan. Ia ikut
transaksi jual-beli minyak di pasar gelap yang ia pasok ke sejumlah
perwira di unit kesatuannya. Dari sini sedikit demi sedikit modalnya
terkumpul. Setelah bebas dari wajib militer ia bekerja di suatu pabrik
di Moskow sebagai mekanik. Tetapi ini tak membuatnya melupakan bisnis di
pasar gelap. Saat itu Uni Soviet masih begitu ketat pada bisnis. Hanya
yang bermodal kuat yang bisa berbisnis. Ketika ia menikah pada usia
muda, hadiah pernikahan berupa uang dari mertuanya ia gunakan untuk
modal bertransaksi bisnis. Ia aktif di transaksi barang-barang
selundupan. Uangnya pun menjadi berlipat-lipat.
Setelah zaman keterbukaan (Perestroika) tahun 1988 digulirkan oleh
Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachez, bisnisnya makin berkembang. Saat
itu usaha kecil sudah bisa berkembang dengan legal. Roman pun mendirikan
pabrik pembuatan mainan bebek plastik dan sejenisnya, pabrik boneka,
sampai pembuatan suku cadang mobil. Akhirnya bisnisnya menyentuh
transaksi minyak yang kelak membuatnya menjadi salah satu orang terkaya
di Rusia pasca Uni Soviet pecah.
Dalam suatu wawancara ia menyebutkan, apa yang membuatnya cepat
berkembang dalam usia yang relatif muda. "Saya tak memiliki impian
seperti Napoleon. Saya hanya pekerja keras dan pragmatis," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar