Suatu ketika di sebuah sekolah, ada seorang anak yang cukup cerdas yang
belajar ilmu kepada seorang guru yang bijaksana. Meskipun sang guru
melihat adanya potensi besar, anak tersebut tidak begitu suka untuk
belajar. Menurutnya belajar itu tidak lebih dari kegiatan yang
benar-benar membosankan selama bertahun-tahun. Baginya, belajar itu
seperti melakukan rutinitas melelahkan terus-menerus tiada henti tanpa
pernah tahu kapan akan berakhir.
Walaupun ia akhirnya belajar, ia hanya belajar sebentar. Setelah itu, ia
mulai jenuh dan tidak konsentrasi lagi untuk belajar. Ia berharap agar
bisa maju beberapa tahun ke depan menuju waktu di mana ia bisa segera
menyelesaikan masa belajarnya.
Gurunya yang terkenal arif dan bijaksana melihat tingkah laku muridnya
ini dan segera mengambil langkah cepat sebelum kebiasaan buruknya
bertambah parah. Ia tidak ingin potensi besar yang terpendam dalam diri
anak tersebut terkubur sia-sia.
Maka, suatu hari ia memanggil anak tersebut dan berbicara dengannya. Ia
menanyakan mengapa ia tidak bersemangat belajar. Anak tersebut menjawab,
"Guru, saya tidak begitu suka belajar karena membosankan. Apalagi saya
harus melakukan ini selama bertahun-tahun. Memikirkannya saja sudah
membuat saya tidak bersemangat, apalagi melakukannya."
Setelah mendengar penjelasan dari muridnya, sang guru pun balas
menjawab, "Itu berarti pola pikir kamu sudah salah. Kamu selalu
membayangkan semua pekerjaan sekaligus untuk diselesaikan. Tentu saja
hal itu akan membuat kamu tidak bersemangat karena kamu terus
membayangkan keseluruhan hal yang harus kamu lakukan sekaligus. Tidak
heran jika kamu menjadi malas belajar karena kamu memikirkan tumpukan
kegiatan belajar yang harus kamu jalani dari sekarang sampai
bertahun-tahun kemudian. Itu tidak mungkin kamu lakukan dalam satu hari.
Semua butuh proses dan waktu. Kamu tidak boleh punya pemikiran untuk
harus menyelesaikan segala hal - yang seharusnya membutuhkan waktu -
hari ini juga. Dengan pola pikir kamu yang seperti itu, segala hal kecil
berubah menjadi sangat besar dan bertumpuk yang berakibat tidak
produktifnya diri kamu dalam melakukan apa pun."
Sang guru melanjutkan, "Akibat paling buruknya adalah bukan hanya kamu
menjadi tidak bersemangat dalam belajar. Kamu juga tidak akan bisa
bersemangat untuk melakukan apa pun. Kamu juga akan sulit mengejar apa
yang akan kamu cita-citakan kemudian.
Yang perlu kamu lakukan sekarang adalah melihat ke masa ini, masa
sekarang di mana kamu berada. Bukan tugas kamu untuk melihat jauh ke
depan yang sebetulnya masih belum jelas. Tugas kamu adalah melakukan dan
menyelesaikan apa yang menjadi tugas kamu hari ini, bukan esok atau
lusa. Esok akan kamu jalani kemudian.
Yang terpenting adalah dorong diri kamu untuk menyelesaikan apa yang
harus diselesaikan hari ini. Dengan begitu, maka kamu perlahan-lahan
akan bisa menyelesaikan semuanya. Tidak perlu pusing memikirkan betapa
banyaknya yang harus kamu lakukan ke depan. Fokuslah untuk menyelesaikan
sedikit demi sedikit sampai akhirnya selesai semua. Sama halnya ketika
kamu makan nasi sesuap demi sesuap. Sangat aneh jika kamu berusaha makan
semuanya dengan sekali lahap."
Anak tersebut tersenyum pertanda mengerti apa yang telah disampaikan
gurunya. Memang benar, sejak saat itu, ia berubah dari malas menjadi
rajin belajar. Ia mulai mengerti bahwa tugasnya adalah mempelajari apa
yang harus dipelajari pada hari ini, bukan memikirkan bagaimana
mempelajari semuanya dalam sekali lahap.
Pesan kepada pembaca:
Ketika Anda mulai memiliki sebuah tujuan baru yang ingin dicapai, Anda
cenderung merasa sulit untuk meraihnya karena mengganggap tujuan
tersebut terlalu besar bagi Anda. Anda menjadi tidak yakin apakah bisa
meraih apa yang menjadi impian Anda dengan kemampuan dan keadaan Anda
sekarang ini. Anda pun menjadi tidak percaya diri dan minder. Anda
kemudian merasa bahwa impian dan tujuan Anda terlalu muluk.
Apa yang terjadi kemudian? Anda menjadi tidak bersemangat dan bergairah
untuk mengejarnya. Anda merasa tujuan tersebut membutuhkan tugas-tugas
yang terlalu banyak untuk diselesaikan. Karena merasa tidak mampu, maka
Anda pun membuat tujuan yang lebih kecil.
Hal inilah yang mengidap kebanyakan orang. Banyak orang tidak berani
bermimpi besar karena merasa impian tersebut terlalu besar dan ketika
mereka hanya bermimpi kecil, mereka tidak bergairah sama sekali untuk
mengejarnya. Hasilnya, mereka tidak meraih apa pun.
Impian atau tujuan yang besar akan terasa mudah dicapai jika Anda melihatnya dalam potongan-potongan kecil.
Potongan kecil inilah yang membuat Anda merasa mudah untuk
melakukannya. Ketika potongan demi potongan sudah diselesaikan, maka
potongan-potongan tersebut digabung sehingga menjadi sebuah kesatuan
yang utuh.
Setiap gunung yang tinggi ditaklukkan melalui setiap langkah demi
langkah dengan konsisten. Setiap buku yang Anda baca diselesaikan
melalui setiap kata demi kata. Setiap lukisan yang indah diciptakan
melalui setiap goresan demi goresan dari kuas. Setiap tempat tujuan
ditempuh melalui setiap mil yang dilewati. Begitu juga tujuan Anda bisa
dicapai dengan melakukan setiap langkah demi langkah untuk menuju ke
sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar