Senin, 05 November 2012

12 Kesalahan Fatal yang Kerap Dilakukan Peritel (Bagian 2)

7.Enggan membangun infrastruktur koneksi
Adanya kemacetan seperti yang sering terjadi di Jakarta, memaksa peritel untuk membangun infrastruktur koneksi yang bisa memberikan alternatif bagi pelanggan yang “malas” datang ke toko. Bentuknya seperti membangun call center atau web-based marketing. Kesuksesan Bhinneka.com dan Glodokshop.com adalah bukti betapa menggiurkannya bisnis ritel dengan konsep virtual.

8.Menunggu pelanggan, tidak menjemput pelanggan

Untuk melakukan strategi jemput bola tidak sesederhana yang dipikirkan. Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi, seperti infrastruktur dan strategi khusus. Untuk bisa melakukannya, peritel harus mengenal preferensi tiap pelanggan. Sehingga peritel wajib memiliki sistem yang mampu menyimpan data pelanggan, baik dari segi pengalaman membeli (current purchase experience) dan keinginan membeli (purchase intention). Sistem ini disebut manjemen pengetahuan (knowledge management).

10.Hanya mengejar kepuasan pelanggan, bukan loyalitas

Ternyata loyalitas pelanggan tak ada hubungannya dengan kepuasan pelanggan. Karena seringkali pelanggan tidak tahu pada tingkat berapa dia akan puas. Mungkin hari ini dia puas dengan tingkat servis di level 8. Tapi bukan tidak mungkin besok dia menjadi tidak puas karena perusahaan pesaing ada yang mampu memberi servis di level 9. Sebaiknya fokus layanan diarahkan pada aspek pembentukan loyalitas pelanggan. Dimana kepuasan pelanggan menjadi salah satu poin pembentuk.

11.Kelemahan di bidang manajemen

Tidak sedikit perusahaan ritel yang bangkrut karena tak bisa mengelola persediaan barang (inventory management). Itu sebabnya kini banyak pengusaha ritel yang mengandalkan teknologi supply chain management atau aplikasi enterprise resource planning (ERP).

12.Tidak ada komitmen

Komitmen adalah jiwa dari suatu bisnis. Apa yang telah menjadi komitmen harus ditegakkan. Namun manajemen bisa mengubah komitmen perusahaan selama didukung data dan fakta. Komitmen bukan produk top management, melainkan kesepakatan yang melibatkan seluruh board of management. (AWN)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar