Senin, 05 November 2012

Ladang Mainan.Com : Daripada Teronggok di Gudang, Sewakan Saja

Melihat mainan anak sulungnya menganggur begitu saja, Dessy Komalasari menyewakannya lewat internet. Untuk menambah koleksi, ia menggelontorkan dana hingga Rp30 juta. Hanya dalam delapan bulan, bisnis itu sudah kembali modal.
Jatah cuti hamil ternyata tidak menghambat kreativitas Dessy Komalasari. Sembari menunggu persalinan anak keduanya, Dessy yang tengah hamil tua, terinspirasi menyewakan mainan anak pertamanya, yang waktu berusia 2 tahun 9 bulan. “Saya lihat mainan si sulung hanya tertumpuk di sudut ruangan. Daripada mainan-mainan itu dianggurin, lebih baik disewakan saja,” kata Dessy, mengenang pemikirannya saat memulai usaha. Apalagi ketika ia surfing di dunia maya, bisnis semacam ini belum banyak yang melirik.

Walhasil, pada April 2010, Dessy mulai menjalankan usaha persewaan mainan anak dengan nama Ladang Mainan. Untuk memulai usaha, ia menggelontorkan dana hingga Rp30 juta. Dana sebanyak itu ia alokasikan untuk membeli mainan baru, yang kebanyakan harus didatangkan dari luar negeri. “Kalau hanya mengandalkan mainan si sulung, kurang banyak,” jelas dia. Sebenarnya, tak hanya mainan anak-anak, Dessy pun menyewakan peralatan bayi, seperti stroller, walker, atau baby swing. Saat pertama kali berdiri, ia mengandalkan situs jejaring sosial Facebook. Ternyata, responnya positif. Demi pengembangan bisnis, Dessy pun membuat website khusus.


Satu setengah bulan setelah menjalani proses persalinan, Dessy memutuskan resign dari perusahaan demi memberi ASI eksklusif kepada si buah hati sekaligus mengembangkan Ladang Mainan. Dessy tak pernah menyesali keputusannya. Sebab, hanya dalam delapan bulan, usahanya kembali modal. “Saya menjalankan bisnis ini dengan fun. Sebab, saya memang suka dengan dunia anak-anak,” ujar perempuan kelahiran Jakarta, 30 Juni 1980 ini.


Saat ini, Ladang Mainan berhasil menyewakan 80 unit mainan anak dan peralatan bayi, yang hampir seluruhnya impor. “Saya pilih produk impor karena lebih awet dan aman untuk anak-anak,” tuturnya. Sementara itu, Dessy mengaku telah berhasil menjual lebih banyak mainan dan peralatan bayi lewat website-nya.

 
Oleh karena belum memiliki gerai, Ladang Mainan menyediakan fasilitas layan antar (delivery service). Untuk barang-barang yang disewakan, Dessy baru melayani area Jakarta dan sekitarnya. Namun, untuk penjualan, Dessy menyatakan siap mengirim hingga seluruh pelosok Indonesia.

Lebih lanjut Dessy menjelaskan, lama peminjaman mainan anak dan peralatan bayi dalam kelipatan dua minggu dan satu bulan. Tentu saja bisa diperpanjang sesuai kebutuhan. Untuk step by step penyewaan barang, pihak Ladang Mainan akan menginformasikan produk mana yang tersedia atau sedang tersewa. Bila barang tersedia, pelanggan yang ingin menyewa akan diminta mengisi form keanggotaan yang berisi informasi, seperti jenis mainan yang disewa, lama penyewaan, alamat, dan nomor telepon. Bila barang tersedia, pihak Ladang Mainan akan menginformasikan total biaya sewa, ongkos kirim, dan deposit sebesar Rp100.000. “Minimal nominal sewa Rp100.000 dan harus dibayar lunas sebelum pengantaran,” ucap Dessy.


Dalam satu bulan, Dessy mengaku mampu meraup omzet antara Rp4 juta hingga Rp5 juta. “Memang omzetnya belum besar karena belum punya gerai dan bisnis ini masih baru,” terangnya. Dia menyadari kompetisi bakal makin sengit di kemudian hari, karena makin banyak kompetitor yang bermunculan. Namun, ia tetap optimis bahwa bisnis penyewaan mainan dan peralatan bayi akan tetap menjanjikan. Wajar saja, karena mainan anak semakin hari semakin melangit harganya. Apalagi kebanyakan anak-anak karakternya cepat bosan dengan mainan yang itu-itu saja. Dessy berharap kelak akan membangun gerai Ladang Mainan, tak sekadar mengandalkan pemasaran di dunia maya. Dalam waktu dekat, Ladang Mainan akan menyediakan perlengkapan bayi lainnya, seperti popok bayi hingga susu! $ YOHANA NOVIANTI H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar