Menjual
barang atau jasa sudah terbukti menjadi hal yang tak pernah mudah
dilakukan. Namun, juga tidak pernah menjadi hal yang mustahil dilakukan.
Buktinya orang-orang selalu berhasil menjual bahkan dalam kondisi
krisis sekalipun. Semua tergantung pada apa yang ia jual dan yang lebih
penting lagi, bagaimana ia menjualnya.
Dalam setiap masa, perusahaan selalu menghadapi tantangan yang
berbeda dalam menjual produk dan jasanya kepada konsumen. Namun dari
masa-masa sebelumnya, sekarang adalah masa yang cukup menantang.
Banyak ahli setuju, perubahan tersebut terjadi karena dua hal besar,
yaitu pergeseran generasi konsumen dan teknologi. Perusahaan menyadari
betul perubahan ini, bagaimana menjual dalam keadaan yang baru inilah
yang mungkin belum semua memahaminya.
Perubahan yang terjadi memang begitu radikal dan tampaknya belum
pernah terjadi di era sebelumnya. Tak heran jika banyak perusahaan dan
tenaga penjual tampak gagap dalam menghadapinya. Segala macam metode
menjual dicoba, mulai dari yang paling biasa hingga yang paling ajaib.
Mulai dari yang caranya menyenangkan hingga mengesalkan sekalipun.
Masalahnya, metode-metode ini menjadi mentah ketika kita tidak
memahami siapa calon konsumen kita. Generasi konsumen yang baru ini
adalah konsumen yang nyaris sepenuhnya berbeda dengan generasi
sebelumnya. Mereka adalah konsumen digital yang memiliki akses informasi
yang begitu mudah.
Sales Vs Konsultan
Kalau dulu tenaga-tenaga penjual mungkin menjadi sumber utama
konsumen untuk produk tertentu, sekarang sudah lain ceritanya. Internet
adalah sumber informasi pertama. Konsumen hari ini adalah konsumen yang
mengerjakan PR mereka. Mereka akan mencari informasi lengkap ketika
ingin membeli sebuah produk.
Tidak perlu jauh-jauh lah mencari contoh. Mari kembalikan pada diri
kita. Apa yang kita lakukan kalau ingin membeli sebuah barang? Mencari
informasi dan rekomendasi di internet, kan? Bisa browsing langsung, bertanya ke forum, atau mencari rekomendasi di media sosial. Paling tidak itulah yang saya lakukan.
Jadi, ketika konsumen hari ini akhirnya melakukan kontak dengan
tenaga penjual mereka telah mempunyai bekal informasi dan berharap
seorang sales dapat menjadi mitra dalam sebuah proses pembelian. Tenaga
penjual harus mampu bertindak sebagai seorang konsultan, bukan lagi
sekadar membujuk calon konsumen untuk membeli.
Itu sebabnya, penguasaan produk oleh para tenaga penjual adalah hal
yang mutlak. Jangan sampai konsumen lebih menguasai produk yang Anda
jual. Bisa gawat kalau begitu ceritanya.
Saat ini proses pembelian telah menjadi proses terbuka dan dapat tercatat secara real-time di dunia maya. Apapun yang dirasakan konsumen saat membeli barang dapat langsung diceritakan melalui akun media sosial mereka.
Kita dapat dengan mudah menemukan posting seperti, “Wah ini mbak pramuniaganya helpful banget. Recommended banget deh” atau “Gimana sih nih salesnya. Masak pinteran gue daripada dia ngoperasiin produknya. Payah!” di dunia maya. Posting ini tampak sepele namun dampaknya besar.
Mengapa? Karena para konsumen saat ini kebanyakan membeli barang
berdasarkan rekomendasi dari lingkaran mereka. Jangan pernah meragukan
kekuatan jaringan sosial. Sebuah produk dapat menuai penjualan atau
justru hancur hanya karena sebuah posting di media sosial.
Menjual Harus Personal
Informasi yang telah dimiliki sebelumnya oleh konsumen juga membuat
proses pembelian dapat berlangsung secara singkat. Karenanya, seorang
tenaga penjual harus memiliki kemampuan mengevaluasi calon pembeli
dengan cepat untuk tahu apa kebutuhan, keinginan, posisinya dalam siklus
penjualan, serta kapan waktu yang tepat untuk mempersuasi mereka
melakukan pembelian. Seorang penjual harus kreatif, inovatif, dan juga
adaptif.
Dalam menghadapi generasi baru konsumen, perusahaan perlu membangun
sinergi yang baik antara departemen marketing, penjualan, dan layanan
pelanggan. Ketiga departemen ini tidak lagi bisa berjalan
sendiri-sendiri karena masing-masing saling terkait. Dengan sendirinya
pembagian tugas antara ketiga departemen ini semakin kabur.
Di tengah batas-batas yang semakin mengabur, ada satu hal yang pasti,
yaitu kematian praktik menghubungi calon pelanggan secara random
melalui database. Berapa banyak di antara kita yang sudah bosan dan pada
akhirnya marah karena dihujani oleh panggilan yang menawarkan kartu
kredit, asuransi, dan pinjaman tanpa agunan? Saya adalah salah satunya
dan saya rasa Anda juga pernah mengalami kejengkelan yang sama.
Hal-hal seperti ini sudah tidak berlaku lagi pada generasi konsumen
saat ini. Perusahaan harus menemukan cara yang lebih cerdas untuk
menjual produknya. Generasi konsumen saat ini adalah orang-orang yang
menikmati komunikasi personal. Mereka tidak suka berkomunikasi dengan
orang yang tidak mereka kenal. Itu sebabnya komunikasi personal, baik
secara langsung maupun melalui jejaring sosial akan lebih tepat bagi
kegiatan penjualan.
Begitu pentingnya komunikasi personal saat ini membuat peran CRM (Customer Relationship Management)
menjadi semakin penting. Di saat inilah kita bersyukur teknologi
berkembang menjadi secanggih sekarang. Dengan teknologi yang ada, kita
bisa dengan begitu mudah mengumpulkan data pelanggan.
Data inilah yang menjadi dasar CRM. Semakin spesifik data yang kita
miliki, akan semakin besar kemungkinan kita memberikan konten yang tepat
kepada pelanggan. Semakin tepat konten yang kita berikan, semakin besar
kemungkinan pelanggan tersebut melakukan pembelian secara berulang dan
menjadi loyal pada sebuah produk atau jasa. Apa lagi yang lebih penting
dari seorang pelanggan yang setia?
Dunia penjualan memang tengah mengalami badai perubahan. Kita harus
pandai-pandai membaca arahnya agar selamat melewatinya. Kuncinya hanya
satu, yaitu pemahaman mendalam pada hal-hal yang menyebabkan perubahan
tersebut, yaitu konsumen dan teknologi. Hanya dengan begitu kita mampu
menyusun strategi penjualan yang tepat. Sudah kenalkah Anda pada
konsumen dan teknologi yang baru?
Sekar Ayu
Editor in Chief Majalah Youth Marketers
Twitter: @kakipendek
Editor in Chief Majalah Youth Marketers
Twitter: @kakipendek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar