Jumat, 12 Juli 2013

Farmstacker: Bisnis Pertanian Minim Modal

Farmstacker Bisnis Pertanian Minim Modal Mungkin beberapa dari kita punya mimpi membangun sebuah lahan pertanian – termasuk peternakan dan perikanan – yang menghasilkan pangan sehari-hari dan menjadi sebuah bisnis. Tapi bisnis di bidang pertanian rumit karena modalnya besar, sedangkan pengembalian modal tidak tentu.

Untuk itulah Farmstacker ingin membantu. Farmstacker adalah perusahaan pertanian yang menjadi pemenang acara Hack//Meat yang di Palo Alto. Tujuan perusahaan ini adalah untuk menghubungkan para petani muda dengan sebidang lahan yang memungkinkan mereka mengurangi modal awal dan memberikan petani pemilik pemasukan ekstra. Di Indonesia, model pertanian ini disebut dengan plasma.

Ide Farmstacker berasal dari Co-founder Kevin Watt yang menyewa lahan peternakan di Pescadero, California. Ia memiliki bisnis peternakan bagus yang ia klaim menguntungkan sejak hari pertama beroperasi karena ia tak perlu mengeluarkan modal besar untuk membeli tanah.

Sementara itu, pemilik Leftcoast Grassfed senang karena Watt membayar sewa untuk tanah petani yang sedang mengaggur dan ayam-ayam milik Watt mempersubur lahan. “Mereka mendapatkan uang sewa ekstra dan juga ayam-ayam kami yang menyuburkan lahan,” ujar Watt.

Pada dasarnya, Watt dan empat orang mitranya berharap bisa menerapkan model yang sama bagi para petani muda dengan menggunakan lahan tidur dan bahkan lahan umum yang mungkin digunakan. “Jika petani muda kita hanya mencari lahan dengan cara tradisional yang mana mereka memiliki kendali penuh terhadap lahan, maka kita kehilangan banyak peluang agar petani bisa terlibat dalam operasi dan menghasilkan produk komplementer,” ujar Watt.
Meskipun tim Farmstacker memenangkan hadiah uang tunai dan layanan dari Hack//Meat, mereka masih harus membangun sebuah situs web untuk menemukan para petani yang ingin berpartisipasi.

Farmstacker bukanlah satu-satunya perusahaan yang memiliki ide hebat di Hack//Meat. Ada Cow Share With Us yang memungkinkan orang-orang bersama-sama membeli hewan peternakan. Perusahaan tersebut juga memenangkan hadiah. Buyotic, perusahaan yang membantu orang-orang untuk membeli ayam bebas antibiotik, memenangkan penghargaan sosial.

Belajar dari Farmstacker yang berbasis dan beroperasi di Amerika Serikat, model bisnis pertanian seperti ini berpotensi untuk di kembangkan di Indonesia yang merupakan negara agraris. Seperti yang telah dilakukan oleh CV Handayani Cemerlangsocial entrepreneur yang membidangi usaha perikanan dan bisnis kreatif berbasis di Gunung Kidul, Yogyakarta. Nah, tinggal kemauan para petani muda Indonesia untuk mengembangkan potensi lahan dan komoditas yang sesuai dengan keinginan pasar.

Sumber: Fastcoexist| Gambar: Fastcoexist

Tidak ada komentar:

Posting Komentar