Salah
satu realita kejam yang harus dipelajari oleh para pengusaha adalah
bahwa sebagian besar hal-hal penting yang mempengaruhi kesuksesan para
pengusaha berada di luar kendali mereka. Hanya karena kita memimpikan
dan membangun kesuksesan, bukan berarti kesuksesan pasti akan datang.
Kesuksesan di sini tak hanya mencakup pelanggan, tetapi juga
investor, mitra, anggota tim, dan bahkan keluarga kita. Mereka tidak
akan datang jika mereka tidak mempercayai kita.
Martin Zwilling, Pendiri dan CEO Startup Professionals, mengatakan
bahwa kepercayaan adalah perangkat paling kuat yang bisa dikendalikan
oleh para pengusaha. Berikut sepuluh pelajaran bagi para pengusaha dalam
membangun kepercayaan.
Jadilah seorang yang dipercaya sebelum memulai bisnis. Mencari
orang-orang yang bisa dipercaya dan menguji siapa yang bisa dipercaya
adalah sulit. Oleh karena itu, sebagai langkah awal jadilah orang yang
bisa dipercaya. Dengan begitu para pebisnis lain yang bisa kita percaya
akan tertarik kepada kita.
Tepati janji kepada diri sendiri dan orang lain. Tanda paling
jelas dari seseorang yang bisa dipercaya adalah ia menepati janji kepada
diri sendiri dan orang lain tak peduli seberapa kecil janji tersebut.
Menepati janji pada diri sendiri sangat berkaitan dengan will power dan kendali diri. Elemen tersebut sangat penting untuk menjadi pebisnis terpercaya.
Keinginan berkomitmen. Salah satu siasat orang yang sangat
tidak bisa diandalkan adalah menolak untuk membuat janji. Dengan begitu
ia tidak khawatir akan melanggarnya. Orang-orang akan mengenali strategi
itu secepatnya dan akan melabelinya sebagai orang yang tidak dapat
diandalkan, ragu-ragu, dan tak dapat dipercaya.
Jaga personal brand. Sebagai pebisnis pemula, status sebagai pebisnis adalah sebuah brand atau merek. Ketika akan mengambil keputusan biasakan untuk bertanya, “Bagaimana keputusan ini mempengaruhi personal brand saya?” Segala hal yang kita lakukan maupun yang tidak, mempengaruhi personal brand, dan seiring itu sifat dapat dipercaya dari diri kita adalah aset yang paling berharga.
Hindari komitmen tak jelas. Tak ada yang merusak kepercayaan
lebih cepat daripada komitmen yang ambigu. Misalnya melalui kata-kata
seperti “Akan saya usahakan” atau “Saya lakukan yang terbaik”. Kata-kata
itu terdengar sebagai upaya untuk lolos dari keharusan membuat janji
sekaligus mengantisipasi kegagalan.
Memformalkan perjanjian bisnis. Sederhananya, buatlah
perjanjian bisnis menjadi praktik standar dalam bisnis dengan membuat
perjanjian tertulis antara mitra dan vendor, transaksi pelanggan, dan
proses internal.
Jangan membuat orang-orang bertanya. Jika kita membuat
orang-orang bertanya tentang komitmen, maka kita telah kehilangan
sebagian kredibilitas. Tak ada yang bisa membangun kepercayaan lebih
baik daripada mengerjakan kewajiban kita dan menyampaikannya kepada
mereka tanpa harus ditanya.
Komunikasi, komunikasi, komunikasi. Tak ada orang yang bisa
mengantisipasi risiko dan menepati semua janji, tapi tak ada
pengecualian untuk kegagalan berkomunikasi ketika masih ada peluang yang
muncul. Kurangnya komunikasi membuat orang lain berpikir kita tak punya
niat untuk menepati janji.
Sumber: Forbes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar