Jumat, 12 Juli 2013

8 Kesalahan Pengusaha Ketika Mengajukan Penawaran pada Investor



8 Kesalahan Pengusaha Ketika Mengajukan Penawaran pada Investor
Bagi para pengusaha start-up, mencari investor yang serius tidaklah mudah. Rick Frasch, mantan VP Business Development dan Legal Affairs di Globitech, Inc. dan pengusaha di bidang keuangan, berbagi pengalaman delapan kesalahan pengusaha – terutama start-up – ketika mengajukan penawaran pada investor.
Penawaran kilat lebih dari 1 menit
Jika penawaran kilat (elevator pitch) kita lebih dari satu menit, kita akan mengalami kesulitan memiliki waktu untuk mendapatkan uang karena tidak akan cukup waktu untuk menyusun kasus investasi yang menarik. Peluang seperti ini mungkin saja muncul saat di elevator, pesta koktail, atau saat berbicara dengan kolega kawan kita. Jadi, pastikan penawaran berlangsung singkat, to the point, dan menampilkan pengetahuan kita.
Presentasi PowerPoint terlalu panjang
Investor profesional tidak memiliki rentang perhatian yang panjang. Alasannya bukan karena mereka menderita gangguan hiperaktivitas, tapi karena mereka perlu mempertimbangkan, mengevaluasi, dan memilih dari sekian banyak proposal start-up dan 30 menit waktu yang diluangkan adalah harapan kita untuk mempresentasikan proposal.
Rangkuman eksekutif yang tidak ditulis dengan baik
Pada akhirnya, kunci untuk mendapatkan uang adalah rangkuman proposal yang ditulis secara matang. Jadi, kita harus meluangkan waktu khusus untuk membuat draft rangkuman yang koheren dan persuasif yang mencakup:
  • Masalah yang akan diatasi
  • Ukuran pasar yang dituju
  • Keuntungan kompetitif berkelanjutan
  • Rincian biaya yang didukung oleh asumsi realistis dan terperinci serta proyeksi.
  • Gambaran tim manajemen
  • Gambaran cara investor mendapatkan uang

Mengabaikan strategi realistis mendapatkan uang bagi investor
Berbeda dengan pengusaha yang terbiasa dengan istilah ‘proses’, para investor cenderung ingin mendapatkan hasil investasinya dalam rentang waktu sedang hingga singkat.
Banyak pengusaha tidak pernah menyampaikan kebutuhan dasar para investor tersebut dalam presentasi PowerPoint atau ringkasan rencana bisnisnya. Untuk menghindari kesalahan tersebut, kita harus bersiap untuk menjawab pertanyaan investor tentang bagaimana investasi mereka menghasilkan uang.

Meminta perjanjian non-disclosure
Hampir semua pengusaha yakin bahwa ide bisnis mereka akan menghasilkan kekayaan dan berisiko dicuri oleh investor tak bertanggung jawab. Untuk mencegah itu, tak jarang mereka meminta investor potensial untuk menandatangani perjanjian non-disclosure.

Sayangnya, para investor tidak setuju dengan cara itu kecuali ide pengusaha tersebut atas perintah perusahaan raksasa seperti Google. Para investor tentu tahu mereka kemungkinan akan menemukan ide yang sama keluar dari pengusaha startup lainnya di masa yang akan datang. Konsekuensinya, mereka tidak bisa menandatangani dokumen yang bisa saja menuntut mereka di masa mendatang.

Menyerahkan proposal tanpa ada referensi
Mendapatkan uang dari investor adalah persoalan membangun kredibilitas. Jangan harap dengan mengirimkan email masal berisi proposal ke perusahaan investor, mereka akan serta merta membacanya. Satu-satunya hal yang membuat mereka mau membuka dan membaca email proposal adalah karena ada seseorang atau kolega yang mengatakan bahwa proposal tersebut patut dibaca. Jadi, bagi start-up pastikan memiliki referensi ketika menyerahkan proposal.

Mendiskusikan nilai terlalu dini dalam negosiasi
Jangan terburu-buru mendiskusikan nilai dan harga sehingga merusak proses negosiasi. Jika memang investor mulai melihat perusahaan start-up kita memiliki peluang, mereka yang akan memulai pembicaraan tersebut.

Gagal mendengarkan
Dalam proses mendapatkan uang, kita harus melepaskan ego kita. Investor akan mengajukan banyak pertanyaan kepada kita. Tak jarang mereka menyarankan kita untuk mengubah model bisnis yang diajukan. Dengarkan dan pertimbangkan semua pertanyaan dan saran dari para investor, jangan menolaknya mentah-mentah karena hanya akan membuat investor yakin untuk berpaling.
Sumber: Forbes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar