Menjual barang bisa dilakukan dengan mudah asal tahu rahasianya.
Inilah beberapa rahasia yang dimiliki oleh beberapa produk lokal dan
dunia.
Pada banyak kesempatan, kita melihat fenomena mal mewah berubah seperti
pasar, pasar seperti lautan manusia, dan tak jarang, rombong kecil atau
sebuah mobil berisi beberapa jenis produk dagangan laris diantre ratusan
orang. Dalam sekejap, barang yang dijual segera berpindah tangan.
Keuntungan pun bisa ditebak. Bukan hanya ribuan, tapi miliaran bahkan
triliunan. Sebut saja antrean iPad, produk tablet andalan Apple yang
selalu saja punya kisah unik pengantre yang tak jarang harus mendirikan
tenda demi nomor antrean di depan. Lihat juga kisah penjualan Blackberry
di Indonesia yang sempat menghebohkan beberapa waktu silam. Itu untuk
produk dengan brand yang sudah mendunia. Bagaimana dengan produk lokal?
Pernah dengar nama kripik Maicih? Kripik dengan ciri khas pedas
ini-melalui pemasaran unik via social media-menurut pendirinya, Reza
Nurhilman, sebulan menghasilkan omzet Rp7-10 miliaran. Atau, lihat pula
merek kaus unik dari Jogja yang jadi oleh-oleh khas Kota Pelajar setiap
kali liburan sekolah tiba. Pembeli rela berkeringat dan berdesakan di
kios yang sempit demi mendapat beberapa koleksi kaus yang diinginkannya.
Hal yang sama juga selalu terjadi di industri kaus Joger di Bali.
Hampir setiap musim libur tiba, kaus dengan berbagai tulisan unik itu
ludes diantre ribuan pelancong. Itu untuk produk yang dijual sebagai
oleh-oleh. Bagaimana yang berhubungan dengan keseharian? Lihatlah Rangga
Umara, yang memiliki produk makanan ndeso dan dicap pinggiran, lele. Di
tangannya-dipoles dengan brand Lele Lela, kepanjangan Lebih Laku-lele
menjadi "makanan mewah" kelas restoran dengan omzet per bulan di atas
Rp7 miliar!
Bagaimana semua itu bisa terjadi? Tentu, semuanya melalui proses. Namun,
di balik semua itu, ada rahasia dari masing-masing orang dan brand yang
dibawa, sehingga mereka menjadi jagoan di bidangnya. Apa saja? Berikut 8
hal yang biasa dilakukan oleh mereka, yang dirangkum dari beberapa
wawancara, obrolan, dan tulisan yang tersebar di berbagai media...
1. Apakah produk tersebut mampu memecahkan berbagai persoalan konsumen secara massal?
Konteks dari rahasia ini adalah bagaimana produk yang kita miliki harus
mampu dinikmati oleh orang umum dengan cara yang mudah dan sederhana,
namun mampu menjadi solusi atas persoalan yang dihadapi. Misalnya, lele
adalah makanan sederhana. Tapi, hampir di seluruh pelosok Indonesia
pasti ada penjual masakan lele. Di sini, persoalan massal terpenuhi,
bahwa produk ini bisa diterima oleh masyarakat umum. Inilah salah satu
alasan mengapa Lele Lela menjadi produk lele modern yang akhirnya bisa
diterima oleh kalangan luas.
2. Apakah produk tersebut punya nilai tambah atau keunikan tersendiri?
Rahasia kedua adalah bagaimana menjadikan produk kita punya nilai tambah
yang tidak-atau minimal belum-dimiliki oleh produk lain yang sejenis.
iPad dalam peluncuran perdananya dulu langsung diserbu penggemar bukan
sekadar karena nama Apple, tapi lebih karena keunikan dan nilai tambah
yang dimunculkan dari produk tersebut. Bayangkan, anak kecil pun bisa
menggunakannya dengan mudah. Tak heran, jika kemudian produk sejenis
segera menyerbu ke pasaran dengan berbagai bentuk dan harga. Pertumbuhan
produk tablet pun meningkat pesat. Namun, di tengah persaingan yang
sangat ketat, iPad selalu jadi buruan nomor satu karena terus memberikan
aneka nilai tambah yang sangat multimanfaat.
3. Apakah produk tersebut memiliki tampilan yang "menggoda"?
Rahasia ketiga agar barang jadi rebutan adalah dengan memperbaiki
kemasan dan tampilan. Bukan rahasia lagi jika banyak orang memilih
produk karena melihat kemasannya yang menarik. Lele Lela menyebut salah
satu kelebihannya adalah menjadikan lele dengan aneka macam sajian dan
bentuk, sehingga bentuk asli lele-yang konon masih dianggap kurang segar
dipandang oleh sebagian orang-menjadi lebih modern. Atau coba tengok
juga kesuksesan beberapa pengembang properti. Banyak tempat yang dulu
sering dijuluki "tempat jin buang anak" alias sangat lebat, dianggap
angker, dan nyaris tak tersentuh banyak orang, diubah menjadi kota
mandiri yang penuh fasilitas. Hasilnya? Harga per meter tanah yang tak
seberapa, beberapa tahun berikutnya jadi buruan dengan harga
berkali-kali lipat.
4. Dapatkan produk dijelaskan dengan pengertian yang sederhana?
Saat ini adalah zaman simplicity alias semua serbasederhana, mudah,
praktis, efektif, dan efisien. Kesederhanaan penggunaan iPad menjadi
contoh mengapa produk tersebut sangat laris. Coba lihat juga mengapa
Facebook atau Twitter sangat laris diunduh dan digunakan berbagai
kalangan. Secara sederhana, orang sangat suka bersosialisasi. Dan, kedua
produk tersebut adalah media sosial paling gampang dicari, dipakai, dan
dimaksimalkan potensinya. Tak heran jika kini penggunanya terus
bertambah seiring dengan pengiklan yang juga terus memberikan keuntungan
sangat besar pada kedua media sosial tersebut.
Tunggu 4 rahasia lainnya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar