Sabtu, 03 November 2012

8 Rahasia Menjual Barang Agar Selalu Jadi Rebutan - 1

Menjual barang bisa dilakukan dengan mudah asal tahu rahasianya. Inilah beberapa rahasia yang dimiliki oleh beberapa produk lokal dan dunia.

Pada banyak kesempatan, kita melihat fenomena mal mewah berubah seperti pasar, pasar seperti lautan manusia, dan tak jarang, rombong kecil atau sebuah mobil berisi beberapa jenis produk dagangan laris diantre ratusan orang. Dalam sekejap, barang yang dijual segera berpindah tangan. Keuntungan pun bisa ditebak. Bukan hanya ribuan, tapi miliaran bahkan triliunan. Sebut saja antrean iPad, produk tablet andalan Apple yang selalu saja punya kisah unik pengantre yang tak jarang harus mendirikan tenda demi nomor antrean di depan. Lihat juga kisah penjualan Blackberry di Indonesia yang sempat menghebohkan beberapa waktu silam. Itu untuk produk dengan brand yang sudah mendunia. Bagaimana dengan produk lokal?

Pernah dengar nama kripik Maicih? Kripik dengan ciri khas pedas ini-melalui pemasaran unik via social media-menurut pendirinya, Reza Nurhilman, sebulan menghasilkan omzet Rp7-10 miliaran. Atau, lihat pula merek kaus unik dari Jogja yang jadi oleh-oleh khas Kota Pelajar setiap kali liburan sekolah tiba. Pembeli rela berkeringat dan berdesakan di kios yang sempit demi mendapat beberapa koleksi kaus yang diinginkannya. Hal yang sama juga selalu terjadi di industri kaus Joger di Bali. Hampir setiap musim libur tiba, kaus dengan berbagai tulisan unik itu ludes diantre ribuan pelancong. Itu untuk produk yang dijual sebagai oleh-oleh. Bagaimana yang berhubungan dengan keseharian? Lihatlah Rangga Umara, yang memiliki produk makanan ndeso dan dicap pinggiran, lele. Di tangannya-dipoles dengan brand Lele Lela, kepanjangan Lebih Laku-lele menjadi "makanan mewah" kelas restoran dengan omzet per bulan di atas Rp7 miliar!

Bagaimana semua itu bisa terjadi? Tentu, semuanya melalui proses. Namun, di balik semua itu, ada rahasia dari masing-masing orang dan brand yang dibawa, sehingga mereka menjadi jagoan di bidangnya. Apa saja? Berikut 8 hal yang biasa dilakukan oleh mereka, yang dirangkum dari beberapa wawancara, obrolan, dan tulisan yang tersebar di berbagai media...
 
1. Apakah produk tersebut mampu memecahkan berbagai persoalan konsumen secara massal?
Konteks dari rahasia ini adalah bagaimana produk yang kita miliki harus mampu dinikmati oleh orang umum dengan cara yang mudah dan sederhana, namun mampu menjadi solusi atas persoalan yang dihadapi. Misalnya, lele adalah makanan sederhana. Tapi, hampir di seluruh pelosok Indonesia pasti ada penjual masakan lele. Di sini, persoalan massal terpenuhi, bahwa produk ini bisa diterima oleh masyarakat umum. Inilah salah satu alasan mengapa Lele Lela menjadi produk lele modern yang akhirnya bisa diterima oleh kalangan luas.
 
2. Apakah produk tersebut punya nilai tambah atau keunikan tersendiri?
Rahasia kedua adalah bagaimana menjadikan produk kita punya nilai tambah yang tidak-atau minimal belum-dimiliki oleh produk lain yang sejenis. iPad dalam peluncuran perdananya dulu langsung diserbu penggemar bukan sekadar karena nama Apple, tapi lebih karena keunikan dan nilai tambah yang dimunculkan dari produk tersebut. Bayangkan, anak kecil pun bisa menggunakannya dengan mudah. Tak heran, jika kemudian produk sejenis segera menyerbu ke pasaran dengan berbagai bentuk dan harga. Pertumbuhan produk tablet pun meningkat pesat. Namun, di tengah persaingan yang sangat ketat, iPad selalu jadi buruan nomor satu karena terus memberikan aneka nilai tambah yang sangat multimanfaat.
lelelela
 
3. Apakah produk tersebut memiliki tampilan yang "menggoda"?
Rahasia ketiga agar barang jadi rebutan adalah dengan memperbaiki kemasan dan tampilan. Bukan rahasia lagi jika banyak orang memilih produk karena melihat kemasannya yang menarik. Lele Lela menyebut salah satu kelebihannya adalah menjadikan lele dengan aneka macam sajian dan bentuk, sehingga bentuk asli lele-yang konon masih dianggap kurang segar dipandang oleh sebagian orang-menjadi lebih modern. Atau coba tengok juga kesuksesan beberapa pengembang properti. Banyak tempat yang dulu sering dijuluki "tempat jin buang anak" alias sangat lebat, dianggap angker, dan nyaris tak tersentuh banyak orang, diubah menjadi kota mandiri yang penuh fasilitas. Hasilnya? Harga per meter tanah yang tak seberapa, beberapa tahun berikutnya jadi buruan dengan harga berkali-kali lipat.
 
4. Dapatkan produk dijelaskan dengan pengertian yang sederhana?
Saat ini adalah zaman simplicity alias semua serbasederhana, mudah, praktis, efektif, dan efisien. Kesederhanaan penggunaan iPad menjadi contoh mengapa produk tersebut sangat laris. Coba lihat juga mengapa Facebook atau Twitter sangat laris diunduh dan digunakan berbagai kalangan. Secara sederhana, orang sangat suka bersosialisasi. Dan, kedua produk tersebut adalah media sosial paling gampang dicari, dipakai, dan dimaksimalkan potensinya. Tak heran jika kini penggunanya terus bertambah seiring dengan pengiklan yang juga terus memberikan keuntungan sangat besar pada kedua media sosial tersebut.
Tunggu 4 rahasia lainnya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar